Minggu, 28 Juni 2015

CERBUNG MUSUH BINTANG BAGIAN 2



MUSUH BINTANG
(DI SEKOLAH, BAGIAN 2)
                Pada saat itu kami saling beradu tatapan. Aku memang tak bisa melihat matanya karena tertutup oleh kacamata hitam seolah-olah berusaha membunuhku. Tapi belum sampai 20 detik, orang tersebut langsung meninggalkanku . aku cukup bingung dengan keadaan yang seperti itu. Tapi aku mencoba memaklumi sajalah….lagipula kalau terus dipikirin aku bisa terlambat datang ke sekolah.
                Teeeeeeeet. Bel berbunyi tepat ketika aku memasuki gerbang sekolah. Huuh, nasib baik aku tidak terlambat. Aku langsung masuk ke kelas. Aku duduk di bangku paling kiri depan dekat jendela. Teman sebangkuku adalah Vania. Vania orangnya baik, bahkan dia sudah menjadi sahabatku sejak lama. Dibelakangku ada Kiana dan Norman. Kami dipasangkan duduk perempuan-laki-laki oleh wali kelas kami agar katanya lebih deket.(memang nih wali kelas ga bener.. bukan muhrim disuruh duduk berdua). Setelah lama duduk, ada pengumuman yang mengatakan bahwa hari ini akan diadakan lomba untuk Hari Kartini. Jadi hari ini nggak belajar. Aku kaget denger penguman itu, kalo tau, Aku nggak perlu bawa tas dan ganti baju batik bebas segala… toh aku juga nggak ikut lomba. Tapi yasudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa tertunduk lesu. Vania yang melihatku begitu langsung saja bertanya kepadaku
Vania        :”Eh, kamu kenapa Doony?”
Aku            :”Nggak apa-apa Vania. Aku hanya kesel karena tadi pagi aku pulang lagi ke rumah karena lupa
                    Kalo hari ini hari Kartini. Aku juga sudah bawa tas. Eh nggak taunya nggak belajar..”
Vania        :”Haha, makanya dengerin baik-baik penguman kemarin Doony, salah kamu juga sih hal yang
                    Kecil kamu anggap sepele. Tapi kamu kan ada rewang. Aku kan juga bawa tas”
Aku            :”Iya iya”
Vania        :”Oh iya, Kamu tadi pulang sendirian? Kenapa nggak minta aku antar aja?”
Aku            :”Iya, aku pulang sendirian, aku nggak mau ngerepotin kamu. Kamu juga sudah terlalu baik.”
Vania        :”Ahh, kamu selalu saja begitu”
Aku            :”Oh iya Vania, ada yang ingin aku tanyain ke kamu”
Vania        :”Apa itu Doony?”
Aku            :”Tadi, ketika aku pulang ke rumah, ada seseorang yang mencurigakan. Dia bertopi,
                    Berkacamata hitam, Menggunakan masker, dan berjaket hitam. Kira-kira, kamu kenal dia
                    Nggak?”
Ketika aku menanyakan hal itu, wajah Vania menjadi pucat. Ia terdiam, lalu kemudian bicara dengan suara terbata-bata
Vania        :”M..Mungkin itu …..”
Aku            :’’Mungkin apa?”
Vania tidak menanggapi pertanyaaanku. Dia langsung Pergi meninggalkanku.
Vania        :”Sudah dulu ya, aku mau pergi… mungkin itu Cuma khayalan kamu aja kok Doony”
Aku aneh melihat sikap Vania yang tiba-tiba berubah begitu. Aku melamun menatap jendela dan memikirkan apa yang ada di benak Vania. Ditengah lamunan itu, Kiana menghampiriku.
Kiana         :”Lain kali jangan Tanya yang begituan sama Vania”
Aku            :”H..Hah? maksudmu apa?”
Kiana         :”Terlalu dini jika kau Tanya itu ke dia. Tunggu waktu yang tepat saja. Tapi entah kapan.
                    Sampai bintang pun mengakuinya ataupun sampai kau mendesak bintang”
Aku            :”Hei, apa maksudmu?”
Kiana tidak menjawab. Aku melamun lagi menatap jendela, tapi tiba-tiba, Kiana mendadak menyuruhku menjauh dari jendela dengan alasan ada teman yang menunggu di lapangan.
Kiana         :”Doony, kamu dengar tidak? Ada temanmu yang menunggu di lapangan.”
Doony       :”Serius?”
Kiana         :(Menutup gorden jendela) “Eh.. I..Iya”
Aku keluar dengan beribu pertanyaan yang ada di benakku. Tiba-tiba, ada tawon yang masuk ke kelas. Kupikir Kiana pasti akan berteriak ketakutan jika melihatnya. Jadi aku mencoba masuk dan menangkap tawon itu lagipula aku nggak yakin ada temanku yang nunggu.(walaupun kami saingan, tidak berarti senang melihat orang menderita kan? Tolong menolong harus tetap diutamakan tanpa pilih kasih). Tapi aku terkejut ketika berada di kelas, Kiana sesekali menatap ke arah jendela dan berkali-kali mengatakan “Tidak mungkin, jangan sakiti, maafkan aku”. Aku diam-diam kearah jendela. Betapa terkejutnya aku ternyata melihat ada sesuatu yang terbang di langit. Itu bukan burung, sepertinya manusia! Di kaca jendelapun tertempel kata “dore…”.
                Belum sempat aku selesai membaca kata-kata di jendela, tiba-tiba mulutku ditutupi saputangan oleh seseorang. Pandanganku semakin berkurang… semakin gelap, gelap, gelap dan akupun tertidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar